SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia,
apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Sentra
produksi apel di
adalah Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan
(Nongkojajar),
Jatim. Di daerah ini apel telah diusahakan sejak tahun 1950, dan
berkembang pesat
pada tahun 1960 hingga saat ini. Selain itu daerah lain yang
banyak dinanami
apel adalah Jawa Timur (Kayumas-Situbondo, Banyuwangi), Jawa
Tengah
(Tawangmangu), Bali (Buleleng dan Tabanan), Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur
dan Sulawesi Selatan.
SYARAT
TUMBUH
Iklim
1) Curah hujan
yang ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150
hari/tahun.
Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan
kering 3-4 bulan.
Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan
bunga gugur
sehingga tidak dapat menjadi buah.
2) Tanaman apel
membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap
harinya,
terutama pada saat pembungaan.
3) Suhu yang
sesuai berkisar antara 16-27 derajat C.
4) Kelembaban
udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%.
Media Tanam
1) Tanaman apel
tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai
lapisan organik
tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai
aerasi,
penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen,
pergerakan hara
dan kemampuan menyimpanan airnya optimal.
2) Tanah yang
cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol.
3) Derajat
keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan
kandungan air
tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia.
4) Dalam
pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang
cukup.
5) Kelerengan
yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga
bila masih
memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami.
Ketinggian
Tempat
Tanaman apel
dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl.
dengan
ketinggian optimal 1000-1200 m dpl.
PEDOMAN BUDIDAYA
Pembibitan
Perbanyakan
tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan
yang baik dan
umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan
generatif
memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang
dari induknya.
Teknik perbanyakan
generatif dilakukan dengan biji, sedangkan perbanyakan
vegetatif
dilakukan dengan okulasi atau penempelan (budding), sambungan
(grafting) dan
stek.
1) Persyaratan Benih
Syarat batang
bawah: merupakan apel liar, perakaran luas dan kuat, bentuk
pohon kokoh,
mempunyai daya adaptasi tinggi. Sedangkan syarat mata tunas
adalah berasal
dari batang tanaman apel yang sehat dan memilki sifat-sifat
unggul.
2) Penyiapan Benih
Penyiapan benih
dilakukan dengan cara perbanyakan batang bawah dilakukan
langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Anakan /
siwilan
1. Ciri anakan
yang diambil adalah tinggi 30 cm, diameter 0,5 cm dan kulit
batang
kecoklatan.
2. Anakan
diambil dari pangkal batang bawah tanaman produktif dengan cara
menggali tanah
disekitar pohon, lalu anakan dicabut beserta akarnya secara
berlahan-lahan
dan hati-hati.
3. Setelah
anakan dicabut, anakan dirompes dan cabang-cabang dipotong, lalu
ditanam pada
bedengan selebar 60 cm dengan kedalaman parit 40 cm.
b) Rundukan
(layering)
1. Bibit hasil
rundukan dapat diperoleh dua cara yaitu:
- Anakan pohon
induk apel liar: anakan yang agak panjang direbahkan
melekat tanah,
kemudian cabang dijepit kayu dan ditimbun tanah;
penimbunan
dilakukan tiap 2 mata; bila sudah cukup kuat, tunas dapat
dipisahkan
dengan cara memotong cabangnya.
- Perundukan
tempelan batang bawah: dilakukan pada waktu tempelan
dibuka (2
minggu) yaitu dengan memotong 2/3 bagian penampang batang
bawah, sekitar 2
cm diatas tempelan; bagian atas keratan dibenamkan
dalam tanah
kemudian ditekuk lagi keatas. Pada tekukan diberi penjepit
kayu atau bambu.
2. Setelah
rundukan berumur sekitar 4 bulan, dilakukan pemisahan bakal bibit
dengan cara
memotong miring batang tersebut dibawah keratan atau
tekukan. Bekas luka
diolesi defolatan.
c) Stek
Stek apel liar
berukuran panjang 15-20 cm ( diameter seragam dan lurus),
sebelum ditanam
bagian bawah stek dicelupkan ke larutan Roton F untuk
merangsang
pertumbuhan akar. Jarak penanaman 30 x 25 cm, tiap bedengan
ditanami dua
baris. Stek siap diokulasi pada umur 5 bulan, diameter batang ± 1
cm dan perakaran
cukup cukup kuat.
3)
Teknik Pembiitan
a) Penempelan
1. Pilih batang
bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan,
diameter batang
± 1 cm dan kulit batangnya mudah dikelupas dari kayu.
2. Ambil mata
tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon
apel varietas
unggul yang telah terbukti keunggulannya. Caranya adalah
dengan menyayat
mata tempel beserta kayunya sepanjang 2,5-5 cm
(Matanya
ditengah-tengah). Kemudian lapisan kayu dibuang dengan hati-hati
agar matanya
tidak rusak
3. Buat lidah
kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi ± 20 cm
dari pangkal
batang dengan ukuran yang disesuaikan dengan mata tempel.
Lidah tersebut
diungkit dari kayunya dan dipotong setengahnya.
4. Masukkan mata
tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel
dengan baik.
Ikat tempelan dengan pita plastik putih pada seluruh bagian
tempelan.
5. Setelah 2-3
minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan semprot/ kompres
dengan ZPT.
Tempelan yang jadi mempunyai tanda mata tempel berwarna
hijau segar dan
melekat.
6. Pada okulasi
yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm diatas okulasi dengan
posisi milintang
sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang.
Tujuannya untuk
mengkonsentrasikan pertumbuhan sehingga memacu
pertumbuhan mata
tunas.
b) Penyambungan
1. Batang atas
(entres) berupa cabang (pucuk cabang lateral).
2. Batang bawah
dipotong pada ketinggian ± 20 cm dari leher akar.
3. Potong
pucuknya dan belah bagian tengah batang bawah denngan panjang
2-5 cm.
4. Cabang entres
dippotong sepanjang ± 15 cm (± 3 mata), daunnya dibuang,
lalu pangkal
batang atas diiris berbentuk baji. Panjang irisan sama dengan
panjang belahan
batang bawah.
5. Batang atas
disisipkan ke belahan batang bawah, sehingga kambium
keduanya bisa
bertemu.
6. Ikat
sambungan dengan tali plastik serapat mungkin.
7. Kerudungi
setiap sambungan dengan kantung plastik. Setelah berumur 2-3
minggu, kerudung
plastik dapat dibuka untuk melihat keberhasilan
sambungan.
4)
Pemeliharaan pembibitan
Pemeliharaan
batang bawah meliputi
a) Pemupukan:
dilakukan 1-2 bulan sekali dengan urea dan TSP masing-masing 5
gram per tanaman
ditugalkan (disebar mengelilingi) di sekitar tanaman.
b) Penyiangan:
waktu penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma.
c) Pengairan:
satu minggu sekali (bila tidak ada hujan)
d) Pemberantasan
hama dan penyakit: disemprotkan pestisida 2 kali tiap bulan
dengan memperhatikan
gejala serangan. Fungisida yang digunakan adalah
Antracol atau
Dithane, sedangkan insektisida adalah Supracide atau Decis.
Bersama dengan
ini dapat pula diberikan pupuk daun, ditambah perekat
Agristic.
5)
Pemindahan Bibit
Bibit okulasi
grafting (penempelan dan sambungan) dapat dipindahkan ke lapang
pada umur
minimal 6 bulan setelah okulasi, dipotong hingga tingginya 80-100 cm
dan daunnya
dirompes.
Pengolahan
Media Tanam
1) Persiapan
Persiapan yang
diperlukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan
survai.
Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan
tanah,
menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang
diperlukan.
2) Pembukaan
Lahan
Tanah diolah
dengan cara mencangkul tanah sekaligus membersihkan sisa-sisa
tanaman yang
masih tertinggal
3) Pembentukan
Bedengan
Pada tanaman
apel bedeng hampir tidak diperlukan, tetapi hanya peninggian alur
penanaman.
4) Pengapuran
Pengapuran bertujuan
untuk menjaga keseimbangan pH tanah. Pengapuran
hanya dilakukan
apabila ph tanah kurang dari 6.
5) Pemupukan
Pupuk yang
diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak
20 kg per lubang
tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan
selama 2 minggu.
Teknik
Penanaman
1) Penentuan
Pola Tanam
Tanaman apel
dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping.
Intercroping
hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun
atau sebelum 2
tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian
intercroping
pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat
rendah, seperti
cabai, bawang dan lain-lain.
Tanaman apel
tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan
menjadi sangat
rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi
udara kurang,
sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit.
Jarak tanam yang
ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas
Manalagi dan
Prices Moble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome
Beauty dan Anna
dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.
2. Pembuatan
Lubang Tanam
Ukuran lubang
tanam antara 50 x 50 x 50 cm sampai 1 x 1 x 1 m. Tanah atas dan
tanah bawah
dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya
20 kg. Setelah
itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelang
tanam tanah
galian dikembalikan sesuai asalnya.
3. Cara
Penanaman
Penanaman apel
dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah).
Untuk lahan tegal
dianjurkan pada musim hujan.
Cara penanaman
bibit apel adalah sebagai berikut:
a. Masukan tanah
bagian bawah bibit kedalam lubang tanam.
b. Masukan bibit
ditengah lubang sambil diatar perakarannya agar menyebar.
c. Masukan tanah
bagian atas dalam lubang sampai sebatas akar dan ditambah
tanah galian
lubang.
d. Bila semua
tanah telah masuk, tanah ditekan-tekan secara perlahan dengan
tangan agar
bibit tertanam kuat dan lurus. Untuk menahan angin, bibit dapat
ditahan pada
ajir dengan ikatan longgar.
Pemeliharaan
Tanaman
1) Penjarangan
dan penyulaman
Penjarangan
tanaman tidak dilakukan, sedangkan penyulaman dilakukan pada
tanaman yang
mati atau dimatikan kerena tidak menghasilkan dengan cara
menanam tanaman
baru menggantikan tanaman lama. Penyulaman sebaiknya
dilakukan pada
musim penghujan.
2) Penyiangan
Penyiangan
dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak gulma
yang dianggap
dapat mengganggu tanaman. Pada kebun yang ditanami apel
dengan jarak
tanam yang rapat (± 3x3 m), peniangan hampir tidak perlu dilakukan
karena tajuk
daun menutupi permukaan tanah sehingga rumput-rumput tidak
dapat tumbuh.
3) Pembubunan
Penyiangan
biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan
dimaksudkan
untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak
tergenang air
dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya
dilakukan
setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan.
4)
Perempalan/Pemangkasan
Bagian yang
perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80 cm, tunas
yang tumbuh di
bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari pucuk, 4-6
mata dan bekas
tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit
dan tidak
produkrif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting atau daun
yang menutupi
buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan sampai didapat
bentuk yang
diinginkan(4-5 tahun).
5) Pemupukan
a) Pada musim
hujan/tanah sawah
1. Bersamaan
rompes daun (< 3 minggu). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau
campuran Urea,
TSP, KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1).
2. Melihat
situasi buah, yaitu bila buah lebat (2,5-3 bulan setelah rompes. NPK
(15-15-15) 1
kg/pohon atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK ± 1 kg/pohon
(1:2:1)
b) Musim
kemarau/tanah tegal
1. Bersamaan
rompes tidak diberi pupuk (tidak ada air).
2. 2-3 bulan
setelah rompes (ada hujan). NPK (15-15-15) 1-2 kg/pohon atau
campuran Urea,
TSP, dan KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1).
Cara pemupukan
disebar di sekeliling tanaman sedalam ± 20 cm sejauh lebar
daun, lalu
ditutup tanah dan diairi.
Untuk pupuk
kandang cukup diberikan sekali setahun (2 x panen) 1-2 pikul setiap
pohon pada musim
kemarau setelah panen.
Untuk
meningkatkan pertumbuhan perlu diberikan pupuk daun dan ZPT pada 5-7
hari sampai
menjelang bunga setelah rompes (Gandasil B 1 gram/liter) +
Atonik/Cepha 1
cc/liter diselingi dengan Metalik-Multi Mikro dan 5-7 hari sekali
sampai menjelang
panen (2,5 bulan) dari rompes Gandasil D (1 gram/liter).
Selain itu perlu
digunakan zat pengatur tumbuh Dormex sekali setahun setelah
rompes (jangan
sampai 10 hari setelah rompes) sebanyak 2600 liter larutan
dengan dosisi 3
liter/200 literair.
6) Pengairan dan
Penyiraman
Untuk
pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai
sepanjang musim.
Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui,
tetapi harus
diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Krena itu perlu
drainase yang
baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air
harus diatasi
dengan cara menyirami tanaman sekurang-kurangnya 2 minggu
sekali dengan
cara dikocor.
7) Penyemprotan
Pestisida
Untuk
pencegahan, penyemprotan dilakukan sebelum hama menyerang tanaman
atau secara
rutin 1-2 minggu sekali dengan dosis ringan. Untuk penanggulangan,
penyemprotan
dilakukan sedini mungkin dengan dosis tepat, agar hama dapat
segera
ditanggulangi. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari.
Jenis dan dosis
pestisida yang digunakan dalam menanggulangi hama sangat
beragam
tergantung dengan hama yang dikendalikan dan tingkat populasi hama
tersebut,
pengendalian secara lebih terinci akan dijelaskan pada poin hama dan
penyakit.
8) Pemeliharaan
Lain
a) Perompesan
Perompesan
dilakukan untuk mematahkan masa dorman didaerah sedang. Di
darah tropis
perompesan dilakukan untuk menggantikan musim gugur di daerah
iklim sedang
baik secara manual oleh manusia (dengan tangan) 10 hari setelah
panen maupun
dengan menyemprotkan bahan kimia seperti Urea 10%+Ethrel
5000 ppm 1
minggu setelah panen 2 kali dengan selang satu minggu).
b) Pelengkungan
cabang
Setelah dirompes
dilakukan pelengkungan cabang untuk meratakan tunas
lateral dengan
cara menarik ujung cabang dengan tali dan diikatkan ke bawah.
Tunas lateral
yang rata akan memacu pertumbuhan tunas yang berarti mamacu
terbentuknya
buah.
c) Penjarangan
buah
Penjarangan
dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam,
kulit baik, dan
sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal
(terserang hama
penyakit atau kecil-kecil). Untuk memdapatkan buah yang baik
satu tunas
hendaknya berisi 3-5 buah.
d)
Pembelongsongan buah
Dilakukan 3
bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak
berwarna putih
sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya
berlubang.
Tujuan buah terhindar dari serangan burung dan kelelawar dan
menjaga warna
buah mulus.
e) Perbaikan
kualitas warna buah
Peningkatan
warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel,
Paklobutrazol,
2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi.
0 comments:
Posting Komentar